Senin, 26 April 2010

Mengecoh Monyet :
Abu Nawas sedang berjalan-jalan santai. Ada kerumunan masa. Abu Nawas
bertanya kepada seorang kawan yang kebetulan berjumpa di tengah jalan.
"Ada kerumunan apa di sana?" tanya Abu Nawas.
"Pertunjukkan keliling yang melibatkan monyet ajaib."
"Apa maksudmu dengan monyet ajaib?" kata Abu Nawas ingin tahu.
"Monyet yang bisa mengerti bahasa manusia, dan yang lebih menakjubkan
adalah monyet itu hanya mau tunduk kepada pemiliknya saja." kata kawan Abu
Nawas menambahkan.
Abu Nawas makin tertarik. la tidak tahan untuk menyaksikan kecerdikan dan
keajaiban binatang raksasa itu.
24
Kini Abu Nawas sudah berada di tengah kerumunan para penonton. Karena
begitu banyak penonton yang menyaksikan pertunjukkan itu, sang pemilik
monyet dengan bangga menawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saja
yang sanggup membuat monyet itu mengangguk-angguk.
Tidak heran bila banyak diantara para penonton mencoba maju satu persatu.
Mereka berupaya dengan beragam cara untuk membuat monyet itu
mengangguk-angguk, tetapi sia-sia. Monyet itu tetap menggeleng-gelengkan
kepala.
Melihat kegigihan monyet itu Abu Nawas semakin penasaran. Hingga ia maju
untuk mencoba. Setelah berhadapan dengan binatang itu Abu Nawas bertanya,
"Tahukah engkau siapa aku?" Monyet itu menggeleng.
"Apakah engkau tidak takut kepadaku?" tanya Abu Nawas lagi. Namun monyet
itu tetap menggeleng.
"Apakah engkau takut kepada tuanmu?" tanya Abu Nawas memancing. Monyet
itu mulai ragu.
"Bila engkau tetap diam maka akan aku laporkan kepada tuanmu." lanjut Abu
Nawas mulai mengancam. Akhirnya monyet itu terpaksa mengangguk-angguk.
Atas keberhasilan Abu Nawas membuat monyet itu mengangguk-angguk maka ia
mendapat hadiah berupa uang yang banyak. Bukan main marah pemilik monyet
itu hingga ia memukuli binatang yang malang itu. Pemilik monyet itu malu
bukan kepalang. Hari berikutnya ia ingin menebus kekalahannya. Kali ini ia
melatih monyetnya mengangguk-angguk.
Bahkan ia mengancam akan menghukum berat monyetnya bila sampai bisa
dipancing penonton mengangguk-angguk terutama oleh Abu Nawas. Tak peduli
apapun pertanyaan yang diajukan.
25
Saat-saat yang dinantikan tiba. Kini para penonton yang ingin mencoba, harus
sanggup membuat monyet itu menggeleng-gelengkan kepala. Maka seperti hari
sebelumnya, banyak para penonton tidak sanggup memaksa monyet itu
menggeleng-gelengkan kepala. Setelah tidak ada lagi yang ingin mencobanya,
Abu Nawas maju. la mengulang pertanyaan yang sama.
"Tahukah engkau siapa daku?" Monyet itu mengangguk.
"Apakah engkau tidak takut kepadaku?" Monyet itu tetap mengangguk.
"Apakah engkau tidak takut kepada tuanmu?" pancing Abu Nawas. Monyet itu
tetap mengangguk karena binatang itu lebih takut terhadap ancaman tuannya
daripada Abu Nawas.
Akhirnya Abu Nawas mengeluarkan bungkusan kecil berisi balsam panas.
"Tahukah engkau apa guna balsam ini?" Monyet itu tetap mengangguk .
"Baiklah, bolehkah kugosokselangkangmu dengan balsam?" Monyet itu
mengangguk.
Lalu Abu Nawas menggosok selangkang binatang itu. Tentu saja monyet itu
merasa agak kepanasan dan mulai-panik.
Kemudian Abu Nawas mengeluarkan bungkusan yang cukup besar. Bungkusan
itu juga berisi balsam.
"Maukah engkau bila balsam ini kuhabiskan untuk menggosok selangkangmu?"
Abu Nawas mulai mengancam. Monyet itu mulai ketakutan. Dan rupanya ia lupa
ancaman tuannya sehingga ia terpaksa menggeleng-gelengkan kepala sambil
mundur beberapa langkah.
Abu Nawas dengan kecerdikan dan akalnya yang licin mampu memenangkan
sayembara meruntuhkan kegigihan monyet yang dianggap cerdik.
Ah, jangankan seekor monyet, manusia paling pandai saja bisa dikecoh Abu
Nawas!

MERTUA Vs MENANTU

Minggu, 18 April 2010

Alkisah ada seorang ibu dengan 3 menantu dari ketiga-tiga puterinya yang cantik-cantik, sang ibu mertua ingin tahu apakah ketiga-tiga menantunya itu sayang kepada mertuanya atau cuma putrinya saja.
Dia lalu memutuskan untuk menguji mereka secara bergantian. Suatu hari dia mengajak menantu pertama naik perahu bermotor ke tengah laut. Di sana dia sengaja menjatuhkan dirinya dari perahu dan terlempar ke dalam air laut. Sang menantu tanpa berfikir panjang langsung terjun menyelamatkan ibu mertuanya.
Besoknya ketika keluar rumah, sang menantu pertama melihat mobil Nissan Livina terparkir di depan rumah, dan sehelai kertas bertulis “Dari ibu mertuamu”.
Giliran menantu kedua pula yang diajak ke tengah laut. Sekali lagi sang mertua pura-pura terjatuh dan terlempar keluar perahu. Menantu kedua ini melupakan pakaian dan dompetnya, langsung terjun demi menyelamatkan mertua tercinta.
Besoknya di depan rumah menantu kedua melihat terparkir Toyota Alphard, disertai sehelai kertas tercatat tulisan, “Dari ibu mertuamu”
Ketika giliran menantu ketiga diajak ke tengah laut, sang mertua kembali melakukan gerakan terjun bebas. Tapi, malangnya kali ini sang menantu bercekak pinggang memandang ibu mertuanya yang tercungap-cungap di dalam air.
Seraya dia berkata, “Rasakan kau!”, sambil berputar membawa perahunya ke darat. Besok harinya ketika menantu ini keluar rumah, di depan rumahnya terparkir Mercedes Benz S-Class terbaru beserta kertas bertuliskan, “Dari ayah mertuamu”.

Biografi Ali bin Abi Thalib

Sabtu, 17 April 2010

Ini adalah cuplikan dari kehidupan seorang tokoh terkemuka umat ini, dan seorang pahalwan. Dia adalah seorang shahabat Rasulullah saw yang mulia. Kita akan berusaha memetik beberapa pelajaran penting dan ibroh dari perjalanan hidupnya. Shahabat yang satu ini lahir pada tahun kedua puluh sebelum kenabian, tumbuh berkembang dalam didikan rumah tangga kenabian, dialah orang pertama yang masuk Islam dari golongan anak kecil. Nabi saw bersabda kepadanya, “Tidakkah engkau rela jika kedudukan dirimu terhadapa diriku sama seperti kedudukan Harun terhadap Musa as, hanya sanya tidak ada nabi setelahku”.
Dan beliau juga bersabda, “Tidaklah orang yang mencintaimu kecuali dia sebagai orang yang beriman dan tidaklah membencimu kecuali orang yang munafiq”.
Ali telah mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah saw kecuali perng Tabuk, dia terkenal akan ketangguhannya dalam menunggang kuda dan keberanian, ia juga salah seorang yang diberi kabar gembira untuk memasuki surga, pada saat dirinya masih hidup, dialah kesatria umat Islam ini, amirul Mu’minin, pemimpin yang diberi petunjuk Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muththalib Al-Qurasy Al-Hasyimy, dia memiliki hubungan kekerabatan dengan Nabi saw, sebagai anak dari paman beliau saw dan suami dari putri Rasulullah saw, Fathimah ra.
Para sejarawan berpendapat bahwa kulit beliau berwarna hitam manis, berjenggot tebal, lelaki kekar, perut lebar, berwajah tampan, berperawakan sedang dan kuniahnya adalah Abu Al-Hasan atau Abu Turob.
Shahabat yang satu ini memiliki memiliki citra kepahlawanan yang sangat cemerlang sebagai bukti atas keberaniannya dalam membela agama ini. Di antaranya, dia menginap di ranjang Rasulullah saw pada saat peristiwa hijrah, dia mempersembahkan dirinya untuk sebuah kematian demi membela Rasulullah saw, dialah orang pertama bersama Hamzah dan Ubaidah bin Al-Harits ra yang memenuhi panggilan perang tanding. Dan dia juga termasuk kelompok kecil yang tetap tegar bersama Rasulullah saw pada perang Uhud.
Di antara bukti kepahlawanannya adalah apa yang tanpak jelas pada perang Khandak, pada saat Amru bin Wud menyerang dengan kudanya, orang ini adalah salah seorang penunggang kuda tangguh terkenal di suku Quraisy, dia dengan topeng besi berseloroh meminta kepada kaum muslimin untuk perang tanding (duel). Dia berkata, “Di manakah surga yang kalian katakan bahwa jika mati kalian pasti memasukinya? Apakah kalian tidak memberikan aku seorang lelaki untuk berduel melawanku?. Maka Ali bin Abi Thalib keluar menghadapinya. Orang tersebut berkata: Kembalilah wahai anak saudaraku, dan dimanakah paman-pamanmu yang lebih tua darimu, sesungguhnya aku tidak suka menumpahkan darahmu. Maka Ali bin Abi Thalib berkata: Namun demi Allah, aku tidak sedikitpun merasa enggan untuk menumpahkan darahmu. Maka musuhnyapun marah dan turun lalu menghunus pedangnya yang seakan kilatan api, lalu bergegas menghadapi Ali dengan emosi yang meluap. Maka Alipun menghadapinya dengan pedang berkepala dua yang dimilikinya namun Amru memukul pedang tersebut sehingga terpental namun peadangnya masih tetap dipegangnya sehingga melukai kepalanya, kemudian Ali menebas urat pundak musuhnya sehingga jatuh tersungkur dan mengucurkan darah, kemudian Rasulullah saw mendengar suara takbir maka Rasulullah mengetahui bahwa Ali telah menewaskan musuhnya dan dia berkata: